Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Di masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar membaca, belajar
bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika. Masih banyak lagi
penggunaan istilah, bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih
umum dan tak mudah diamati, seperti: belajar hidup mandiri, belajar
menghargai waktu, belajar berumah-tangga, belajar bermasyarakat, belajar
mengendalikan diri, dan sejenisnya.
Kalangan
awampun mengetahui makna berbagai istilah belajar tersebut. Jika
kebetulan Anda adalah seorang guru, maka Anda tidak cukup hanya memahami
makna belajar sebagaimana masyarakat awam. Mengapa? Karena memang tugas
utama kita sebagai guru adalah membuat orang belajar. Lalu, apa
sebenarnya belajar itu? Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada
semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup.
Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi
dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian, hasil
dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif
permanen pada diri orang yang belajar. Tentu saja, perubahan yang
diharapkan adalah perubahan ke arah yang positip. Jadi, sebagai pertanda
bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya
perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku
tersebut, misalnya, dapat berupa : dari tidak tahu sama sekali menjadi
samar-samar, dari kurang mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa
menjadi terampil, dari anak pembangkang menjadi penurut, dari pembohong
menjadi jujur, dari kurang taqwa menjadi lebih taqwa, dll. Jadi,
perubahan sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif,
psikhomotor maupun afektif.
Kegiatan
belajar, sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu eratnya
kaitan itu, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percapakan
sehari-hari kita secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan “belajar-mengajar”
menjadi satu kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat
adalah benar. Namun, benarkah bahwa agar terjadi kegiatan belajar harus
selalu ada orang yang mengajar? Benar pulakah bahwa setiap kegiatan
mengajar pasti selalu menghasilkan kegiatan belajar ? Jawabannya : belum
tentu. Artinya, dalam setiap kegiatan belajar tidak harus selalu ada orang yang mengajar.
Kegiatan
belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu
pula sebaliknya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan
kegiatan belajar. Ketika Anda menjelaskan pelajaran di depan kelas
misalnya, memang terjadi kegiatan mengajar. Tetapi, dalam kegiatan itu
tak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang
Anda ajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya apabila dapat
mengakibatkan / menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa. Jadi,
sebenarnya hakekat guru mengajar adalah usaha guru untuk membuat siswa
belajar. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi
agar terjadi kegiatan belajar. Istilah pembelajaran lebih
menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan
pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar
pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si
belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru
tidak dapat “mewakili” belajar untuk siswanya. Seorang siswa belum dapat
dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu
ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang
harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya
interaksi antara pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi,
belajar hanya terjadi jika dan hanya jika terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi.
Pekerjaan
mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan
materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang merupakan
bagian dari kegiatan mengajar, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih
banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar.
Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap
siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar
yang ada. Guru hanya merupakan salah satu (bukan satu-satunya) sumber
belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi sumber-sumber belajar
yang lain. Lalu, apa sebenarnya sumber belajar itu?
Pada
hakekatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia
sepanjang massa. Jika Anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian
sumber belajar merupakan konsep yang sangat luas meliputi segala yang
ada di jagad raya ini.
Menurut
Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah
semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan
untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar
itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan
lingkungan/latar.
Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar yang dirancang (learning resources by design)
yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan
pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio,
transparansi (OHT). Jenis sumber belajar yang kedua adalah sumber
belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan ( learning resources by utilization),
yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan
pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli,
pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah,
terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.
Jadi, begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang
semua itu dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi,
guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang
ada. Bahkan guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang,
selain petugas perpustakaan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh
masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll. Oleh karena setiap
anak merupakan individu yang unik (berbeda satu sama lain), maka sedapat
mungkin guru memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing siswa. Dengan begitu maka diharapkan kegiatan mengajar
benar-benar membuahkan kegiatan belajar pada diri setiap
siswa. Hal ini dapat dilakukan kalau guru berusaha menggunakan berbagai
sumber belajar secara bervariasi dan memberikan kesempatan sebanyak
mungkin kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber-sumber belajar
yang ada.
Hal
yang perlu diperhatian adalah, agar bisa terjadi kegiatan belajar pada
siswa, maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai
sumber belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar hanya mungkin
terjadi jika ada interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar.
Dan inilah yang seharusnya diusahakan oleh setiap pembelajar (instructor, guru)
dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru adalah menyediakan,
menunjukkan, membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat
berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada. Bukan hanya sumber
belajar yang berupa orang , melainkan juga sumber-sumber belajar yang
lain. Bukan hanya sumber belajar yang sengaja dirancang khusus,
melainkan juga sumber belajar yang tinggal dimanfaatkan. Semua sumber
belajar itu dapat kita temukan, kita pilih dan kita manfaatkan sebagai
sumber belajar bagi siswa kita.
Wujud
interaksi antara siswa dengan sumber belajar dapat bermacam-macam. Cara
belajar dengan mendengarkan ceramah dari guru memang merupakan salah
satu wujud interaksi tersebut. Namun belajar hanya dengan mendengarkan
saja, patut diragukan efektifitasnya. Belajar hanya akan efektif jika si
belajar diberikan banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu, melalui multi-metode dan multi-media.
Melalui berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan dapat banyak
berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki siswa. Barang kali perlu kita renungkan kembali ungkapan China :Saya mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa.
A. Apa sumber belajar itu?
Sumber
belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu.
B. Apa fungsi sumber belajar?
Sumber belajar memiliki fungsi :
1. Meningkatkan
produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar
dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b)
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan
kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara:
(a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
3. Memberikan
dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)
perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih
memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan
sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5. Memungkinkan
belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara
pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang
sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi
di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber
belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa
C. Ada berapa jenis sumber belajar?
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1. Sumber
belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber
belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen
sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan
bersifat formal.
2. Sumber
belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran
dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran
Dari
kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1)
pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan
sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh
masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan:
buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk
pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/
perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD,
kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng
dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar,
pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa,
diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang
kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum,
kantor dan sebagainya.
D. Apa kriteria memilih sumber belajar?
Dalam
memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:
(1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis:
tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah:
dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan
tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat
membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
E. Bagaimana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?
Lingkungan
merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki
nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa.
Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1)
lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial
dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan
sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang
gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan
cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan
lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa
peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah,
praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang
kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada
dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.
Di
samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa
lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk
menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
F. Bagaimana prosedur merancang sumber belajar?
Secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sebagai berikut:
G. Bagaimana mengoptimalkan sumber belajar?
Banyak
orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut
adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang
kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk
mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan
berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar
yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat
memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah
dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan
sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas,
bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat
dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat
berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan
yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi
sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa.
Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau
pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan
dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak
mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Belakangan
ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran
dengan menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk menyewa
internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya-, masih dianggap
relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh
masing-masing sekolah? Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah
hasilnya akan jauh lebih efektif dan efisien, dibandingkan harus melalui
rental ke WarNet. Bukankah sekarang ini sudah tersedia paket-paket
hemat untuk berinternet yang disediakan para provider?
Hasil
survey yang dilaksanakan pada sejumlah SD negeri dan swasta, menunjukkan, sekolah dasar pada umumnya masih kurang memanfaatkan
sumber belajar dan masih bertumpu pada ‘sosok’ guru sebagai sumber
belajar utamanya.
Dari
data tersebut nampak bahwa sumber belajar masih terbatas dan belum
dipandang sebagai faktor penting dalam proses pembelajaran. Para pihak
yang terkait baik kepala sekolah maupun guru, biasanya berdalih karena
minimnya dana di setiap sekolah. Lantas apakah dalih seperti itu sudah
tepat dan persoalan menjadi selesai? Pertanyaan lain apakah sumber
belajar yang dimiliki dan berada (tergelar) di masyarakat telah
dimanfaatkan secara optimal? Yang jelas, sumber belajar itu sesungguhnya
tidak harus mahal, mewah atau berupa barang yang sulit didapat. Akan
tetapi lebih kepada sejauhmana kreativitas dan kemauan para guru untuk
berinovasi dan memanfaatkan sumber belajar yang ada.
Perkembangan
Keajaiban dalam Dunia pendidikan Eric Ashby (1997), seorang pemerhati
pendidikan menjelaskan tahap-tahap perkembangan sumber belajar. Dia
membaginya dalam empat tahap sebagai berikut :
Pertama, sumber belajar pra-guru.
Tahap ini, sumber belajar utama adalah orang dalam lingkungan keluarga atau kelompok, sumber lainnya masih sangat langka. Adapun benda yang digunakan berbentuk dedaunan, atau kulit pohon dengan bahan simbol dan isyarat verbal sebagai isi pesannya. Pengetahuan diperoleh lebih banyak dengan cara coba-coba (trial) dan error sehingga hasilnya pun masih sederhana dan mutlak di bawah kontrol orang tua atau anggota keluaga. Ciri khas dari tahap ini sifatnya tertutup dan rahasia.
Tahap ini, sumber belajar utama adalah orang dalam lingkungan keluarga atau kelompok, sumber lainnya masih sangat langka. Adapun benda yang digunakan berbentuk dedaunan, atau kulit pohon dengan bahan simbol dan isyarat verbal sebagai isi pesannya. Pengetahuan diperoleh lebih banyak dengan cara coba-coba (trial) dan error sehingga hasilnya pun masih sederhana dan mutlak di bawah kontrol orang tua atau anggota keluaga. Ciri khas dari tahap ini sifatnya tertutup dan rahasia.
Kedua, lahirnya guru sebagai sumber belajar utama.
Pada tahap inilah cikal bakal adanya sekolah. Perubahan terjadi pada cara pengelolaan, isi ajaran, peran orang, teknik dan lainnya. Jumlahnya masih terbatas dan dominannya peran guru. Begitu pula mutu pengajaran tergantung kualitas guru. Adapun kelebihannya guru dihormati dan kedudukannya tinggi sehingga menentukan keberhasilan pembelajaran. Kelemahannya bahwa jumlah siswa yang dapat dididik masih terbatas dan tugas guru sangat berat.
Pada tahap inilah cikal bakal adanya sekolah. Perubahan terjadi pada cara pengelolaan, isi ajaran, peran orang, teknik dan lainnya. Jumlahnya masih terbatas dan dominannya peran guru. Begitu pula mutu pengajaran tergantung kualitas guru. Adapun kelebihannya guru dihormati dan kedudukannya tinggi sehingga menentukan keberhasilan pembelajaran. Kelemahannya bahwa jumlah siswa yang dapat dididik masih terbatas dan tugas guru sangat berat.
Ketiga, sumber belajar bentuk cetak.
Tugas guru relatif lebih ringan karena adanya sumber belajar cetak. Siswa dapat mempelajari sendiri ketika belum paham. Kelemahannya terkadang penulisan buku belum baik dan isinya sulit dipahami oleh sebagian siswa. Kelebihannya, materi dapat disebarluaskan secara cepat dan luas. Sumber belajar cetak ini meliputi buku, majalah, modul, makalah dan lainnya.
Keempat, sumber belajar produk teknologi komunikasi. Sumber ini dikenal dengan istilah audio visual aids yaitu sumber belajar dari bahan audio (suara), visual (gambar), atau kombinasi dari keduanya dalam sebuah proses pembelajaran. Istilah lain disebut juga media pendidikan yang biasanya didesain secara lebih terarah, spesifik dan sesuai dengan perkembangan siswa. Contoh sumber belajar dalam tahap ini yakni berupa televisi, CD, radio dan OHP. Secara lengkap alur perkembangan sumber belajar tersebut digambarkan sebagai berikut :
Sumber BelajarTugas guru relatif lebih ringan karena adanya sumber belajar cetak. Siswa dapat mempelajari sendiri ketika belum paham. Kelemahannya terkadang penulisan buku belum baik dan isinya sulit dipahami oleh sebagian siswa. Kelebihannya, materi dapat disebarluaskan secara cepat dan luas. Sumber belajar cetak ini meliputi buku, majalah, modul, makalah dan lainnya.
Keempat, sumber belajar produk teknologi komunikasi. Sumber ini dikenal dengan istilah audio visual aids yaitu sumber belajar dari bahan audio (suara), visual (gambar), atau kombinasi dari keduanya dalam sebuah proses pembelajaran. Istilah lain disebut juga media pendidikan yang biasanya didesain secara lebih terarah, spesifik dan sesuai dengan perkembangan siswa. Contoh sumber belajar dalam tahap ini yakni berupa televisi, CD, radio dan OHP. Secara lengkap alur perkembangan sumber belajar tersebut digambarkan sebagai berikut :
Pra Guru, Guru, Media Cetak, Teknologi Komunikasi Informasi
Kondisi
sekolah saat ini, nampaknya masih beragam, antara perkembangan tahap
kedua, ketiga dan keempat. Pada sekolah yang berada di pedalaman
keberadaan guru masih dominan mengingat masih terbatasnya sumber belajar
lain. Sedangkan sekolah di perkotaan sudah memanfaatkan sumber belajar
media cetak terutama buku. Dan sekolah lainnya secara maksimal telah
memanfaatkan produk teknologi komunikasi walaupun kuantitasnya masih
terbatas.
Pengertian Sumber BelajarEdgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah, ‘ segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.’ Pendapat lain dikemukakan oleh Association Educational Comunication and Tehnology AECT (1977) yaitu ‘ berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.’
Kedua
pengertian tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya sumber belajar
begitu luas dan kompleks, lebih dari sekedar media pembelajaran. Segala
hal yang sekiranya diprediksikan akan mendukung dan dapat dimanfaatkan
untuk keberhasilan pembelajaran dapat dipertimbangkan menjadi sumber
belajar. Dengan pemahaman ini maka guru bukanlah satu-satunya sumber
tetapi hanya salah satu saja dari sekian sumber belajar lainnya.
Jenis-jenis sumber belajarDari pengertian sumber belajar tadi melahirkan beberapa pembagian jenis sumber belajar. Ada yang membagi menjadi enam jenis dengan rincian pertama, sumber berupa pesan. Kedua, manusia, ketiga peralatan, keempat, bahan kelima, teknik/metode dan keenam lingkungan/setting.
Sebagian
lain membaginya menjadi dua jenis, pertama sumber belajar yang
dirancang (by designed) yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat dan
dipergunakan dalam suatu proses pembelajaran dengan tujuan tertentu.
Contohnya buku, slide, ensiklopedi dan film (VCD). Kedua, sumber belajar
yang ada di lingkungan sekitar yaitu sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan/digunakan (by utilization) berada di masyarakat dan tidak
dirancang secara khusus. Contohnya pasar, tokoh masyarakat, museum,
lembaga pemerintahan dsb.
Berbagai
jenis sumber belajar tersebut, pada dasarnya tidak boleh dilihat secara
parsial. Hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dalam
sebuah proses pembelajaran. Semua jenis sumber belajar yang memang
sesuai, perlu dipertimbangkan demi tercapainya pembelajaran lebih baik.
Dengan demikian diharapkan akan berdampak positif terhadap hasil
pembelajaran.
Pemilihan Sumber Belajar
Telah kita ketahui bersama bahwa upaya untuk mengoptimalkan sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Mengapa? Karena dengan penggunaan sumber belajar akan dihasilkan proses pembelajaran yang berkualitas, menarik dan menyenangkan bagi para siswa.
Ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu :
1.Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya).Telah kita ketahui bersama bahwa upaya untuk mengoptimalkan sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Mengapa? Karena dengan penggunaan sumber belajar akan dihasilkan proses pembelajaran yang berkualitas, menarik dan menyenangkan bagi para siswa.
Ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu :
2.Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.
3.Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus pelaksanaannya.
4.Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia.
5.Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa.
6.Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya.
Berbagai
kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk diperhatikan demi
terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih,
sehingga betul-betul berdayaguna.
Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
Mengingat begitu luasnya sumber belajar, maka perencanaan yang matang mesti dilakukan. Beberapa sumber belajar yang dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan adalah :
PerpustakaanMengingat begitu luasnya sumber belajar, maka perencanaan yang matang mesti dilakukan. Beberapa sumber belajar yang dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan adalah :
Selama ini, perpustakan di sekolah hanya sebagai pelengkap. Padahal, keberadaannya sangat penting sebagai salah satu sumber belajar. Perpustakan dapat digunakan sebagai sarana peningkatan wawasan dan pengetahuan, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa, sarana pencarian pengetahuan/informasi dan perpustakan pun dapat digunakan sebagai tempat diskusi, ajang bertukar pikiran antara kelompok belajar.
Oleh
karena itu sebuah perpustakaan haus memenuhi persyaratan minimal yang
meliputi, pertama, perpustakan dikelola secara baik. Kedua, tersedianya
literatur (sumber bacaan) baik berupa buku pelajaran, berbagai bacaan,
majalah, kamus ensiklopedi dsb. Ketiga, memiliki ruang atau tempat yang
memadai dan nyaman sehingga siswa betah berlama-lama di perpustakaan.
Keempat, kemudahan siswa untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada di
perpustakaan untuk menunjang proses pembelajaran.
Beberapa
sekolah menunjukkan perpustakaannya masih begitu memprihatinkan, selain
terbatasnya literatur juga tempat yang dipakai nampaknya tidak layak
untuk dikatakan sebagai sebuah perpustakaan (sempit, disekat meja dan
tidak tertata).
Mengenai terbatasnya perpustakaan baik dari segi literatur, tempat dan pengelolaan nampaknya telah menjadi fenomena umum. Akan tetapi selama insan pendidik masih memiliki komitmen dan keinginan untuk memperbaiki dan memikirkan masalah ini, insya Allah lambat laun akan terwujud perpustakaan sekolah yang walaupun sederhana tetapi menarik bagi siswa.
Mengenai terbatasnya perpustakaan baik dari segi literatur, tempat dan pengelolaan nampaknya telah menjadi fenomena umum. Akan tetapi selama insan pendidik masih memiliki komitmen dan keinginan untuk memperbaiki dan memikirkan masalah ini, insya Allah lambat laun akan terwujud perpustakaan sekolah yang walaupun sederhana tetapi menarik bagi siswa.
Media Belajar/Alat Peraga
Media belajar yang dimaksud adalah berbagai alat, bahan yang bisa digunakan untuk membantu dalam penyamapaian materi pembelajaran. Media tersebut baik dibuat sendiri maupun kaya orang lain.
Media belajar yang dimaksud adalah berbagai alat, bahan yang bisa digunakan untuk membantu dalam penyamapaian materi pembelajaran. Media tersebut baik dibuat sendiri maupun kaya orang lain.
Berbagai
media yang ada perlu digunakan secara optimal dan tentu saja harus
dipelihara dan dijaga kelaikannya. Media yang telah rusak segera
diperbaiki bahkan diganti. Media yang belum ada dan sekiranya berguna
perlu dipikirkan untuk dimiliki, dengan cara membeli atau mengajukan
bantuan.
Media
yang perlu dipertimbangkan untuk dimiliki terutama media elektronik
(produk teknologi komunikasi). Biasanya dengan menggunakan media seperti
ini pembelajaran akan lebih hidup dan siswa pun lebih antusias
mengikutinya. Berbagai media seperti slide film, proyektor, VCD dapat
digunakan sewaktu waktu sebagai sumber belajar. Misalnya, ketika
membahas materi koperasi (IPS), siswa diajak nonton slide/film yang
didalamnya menjelaskan berbagai informasi termasuk praktek dan contoh
kegiatan berkoperasi. Guru hanya membantu dan memfasilitasi, setelah
selesai kemudian dibahas dan didiskusikan bersama-sama.
Akan tetapi, ketika media elektronik belum ada, maka lebih baik memanfatkan media dengan cara membuat sendiri walaupun sederhana. Yang terpenting media tersebut akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Sungguh disayangkan apabila guru hanya berceramah saja selain menjenuhkan, guru pun akan merasa kelelahan.
Majalah DindingAkan tetapi, ketika media elektronik belum ada, maka lebih baik memanfatkan media dengan cara membuat sendiri walaupun sederhana. Yang terpenting media tersebut akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Sungguh disayangkan apabila guru hanya berceramah saja selain menjenuhkan, guru pun akan merasa kelelahan.
Sumber belajar ini layak dipertimbangkan terutama bagi pembelajaran Bahasa Indonesia/Inggris. Mading dapat menjadi sarana penyebar informasi atau pengetahuan dari hasil karya siswa baik berupa karangan, puisi, cerpen dll. Di samping iu mading bisa menjadi motivasi bagi siswa untuk senang membaca, terdorong berkarya sekaligus bisa saling belajar atau menilai antar karya satu dengan yang lainnya.
Dalam
pengelolaannya perlu bimbingan dan pembinaan dari guru terutama guru
bahasa. Sedangkan dalam pelaksanaannya bisa dibentuk sebuah pengurus
mading di tiap kelas atau tingkat sekolah. Mereka bertanggung jawab
untuk mengelola mading secara baik dan berkesinambungan.
Apa sumber lainnya?
Di samping memanfaatkan sumber belajar yang ada, guru dituntut untuk mencari dan merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri ataupun sumber yang sudah tergelar di sekililing sekolah dan masyarakat.
Di samping memanfaatkan sumber belajar yang ada, guru dituntut untuk mencari dan merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri ataupun sumber yang sudah tergelar di sekililing sekolah dan masyarakat.
Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dan berada di masyarakat misalnya:
1.Mengunjungi museum sesuai dengan materi (museum uang, museum sejarah atau museum hewan)
2.Study tour mengunjungi gedung geologi, lembaga pemasyarakatan atau lembaga pemerintahan
3.Mengunjungi tempat ibadah, pasar, mal (tempat belanja).
4. Mendatangkan tokoh untuk diskusi (polisi dan dokter membahas narkoba, anggota DPR
membahas pemerintahan daerah dll)
1.Mengunjungi museum sesuai dengan materi (museum uang, museum sejarah atau museum hewan)
2.Study tour mengunjungi gedung geologi, lembaga pemasyarakatan atau lembaga pemerintahan
3.Mengunjungi tempat ibadah, pasar, mal (tempat belanja).
4. Mendatangkan tokoh untuk diskusi (polisi dan dokter membahas narkoba, anggota DPR
membahas pemerintahan daerah dll)
Dan
berbagai alternatif sumber belajar lain yang tentu masih banyak.
Keberadaan guru dalam perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran
menjadi cukup penting dan akan menentukan terhadap kualitas
pembelajaran. Artinya sejauhmana kemauan dan usaha guru yang
bersangkutan.
0 Coment: